Follow Us

Kamis, 30 Agustus 2018

[FAMILY #01] : Apa ya peran suami dalam keluarga?

Agustus 30, 2018 0 Comments

Apa yang ada dibenak kamu ketika diskusi peran seorang ayah dalam keluarga? Masihkah berpikir klasik bahwa ayah/daddy/bapak/yanda or either called , tugasnya ya cari uang urusan rumah urusan ibu. Bukan maksud nyinyirin ibu-ibu rumah tangga harus cari uang juga  atau ayah sebaiknya juga pinter urusan rumah tangga lho ya..
Menikah itu bukan sekedar mengesahkan suatu hubungan, tapi untuk belajar menggunakan kata -SALING- dalam hal POSITIF apapun dalam menjalani kehidupan rumahtangga. 
Ketika sudah berkomitmen dengan pasangan untuk "yes...married" tentu perubahan tidak hanya dari sisi finansial, yang tadinya seorang pria bekerja mencari penghasilan hanya untuk dirinya sendiri atau keluarga (bagi yang menjadi tulang punggung keluarga ayah-ibu), ketika memutuskan untuk menikahi seorang wanita tentu berbeda lagi, kini penghasilannya juga diberikan keluarga barunya ( anak dan istri)
(image by : https://pixabay.com/en/family-sunset-woman-children-3347049/)
Berat juga ya tugas ayah, bekerja untuk menghidupi keluarga, baik keluarga kecil (dengan satu atau dua anak saja ataupun keluarga besar dengan anak lebih dari dua). Di Indonesia dengan IPM yang jauh dibanding negara tetangga yang lebih maju tentu menjadi masalah tersendiri. Karena rumah tangga yang memiliki finansial "standard" jumlahnya mungkin hanya sepertiga dari jumlah keseluruhan rumahtangga di negara ini (gak ngitung sih, tapi dari banyaknya data-data rumah tangga miskin di negara ini bikin mengerutkan dahi juga, di era yang milenial ini kategori miskin itu yang kayak apa). Ah jadi nngomong apaan sih gak nyambung... 👻
Tahun 2018 kayaknya kalau ngomongin tugas rumah tangga kayaknya udah gak seperti dulu yang pandangan tugas rumah tangga dan parenting adalah tugas ibu. Seiring perkembangan jaman dan kemajuan teknologi, perubahan paradigma tentang pengasuhan anak kini tidak hanya fokus pada peran ibu, tapi juga peran ayah dalam keluarga (selain mencari nafkah). Saat ini mudah ditemukan, artikel dan event parenting yang membahas peran-peran ayah.
image source: pixabay

Menurutku ini sesuatu yang positif, karna selain ibu yang harus "melek" dalam hal parenting, ayah juga harus berpartisipasi. Karna dengan kerja sama yang baik ayah dan ibu, akan menjadikan keluarga menjadi lebih baik dan kondusif (ahaha... apa ya bahasanya... pokoknya better lah) 😁

Terus peran ayah yang seperti apa yang diperlukan? (ini versi aku ... bukan patokan .. dan bisa jadi bertentangan dengan suatu 'paham' tertentu, jadi correct me if i wrong)
  • Secara fisik : Membantu jagain bayi, cuci baju bayi, menemani anak bermain/belajar, membantu memberesi rumah, dll
  • Secara non fisik (psikologis) : Mendukung program ASI eksklusif, karena banyak/sedikit ASI ibu jika mendapat dukungan besar dan motivasi yang positif dapat berdampak baik bagi ibu dan bayi, karena tidak ada beban/tekanan batin karena kecewa ASI sedikit. Sehingga dapat mendorong ibu menjadi lebih relaks dan terbantu dalam merawat bayi (meminimalisir baby blues)

Baby blues syndrome adalah perasaan yang sangat sedih di hari-hari setelah bayi lahir dan itu sangat normal. (https://www.cussonsbaby.co.id)

Bantuan dari ayah sekecil apapun sangat bermakna, karena dengan begitu setidaknya ada deretan tugas rumah tangga yang berkurang dan sang ibu merasa terbantu.


Gimana kalau minta bantuan tapi malah jadi berantem?
Emang ada? Ya bisa aja. Simpelnya gini, kalau tiba-tiba jam makan malam ternyata makanan habis dan kamu gak sempat pesan makanan bang ojol terus lupa bilang suami jadinya lupa pesen beli makanan sekalian.
       👩  Papi, maaf mami gak sempet masak lagi, lupa gak pesen makanan, minta tolong papi beli makan ya?👨  Gak usah beli, makan telur ceplok aja.
Kelihatannya masalah selesai kan ya? tapi jika ternyata si suami makannya kayak setengah kesel.  Walau sekedar kelihatannya, tapi di istri jadi serba salah. Mau ngalahin pergi tapi gak memungkinkan ninggalin bayi, mau masak lagi gak ada apa-apa. Suasana hati ibu jadi buyar. hahaha…. efeknya pas begadang sama bayi jadi uring-uringan sendiri. Dan contoh-contoh lain yang bisa saja terjadi.
Mengatasinya , kalau memang ada unsur lupa ya bagaimana lagi, penyakit manusia yang tidak ada obatnya adalah lupa. Cara lain adalah, communication in rescue. Artinya, menjadikan komunikasi yang baik sebagai jalan keluarnya. Misal mengutarakan permintaan bantuan diwaktu yang tepat (misal : bukan saat tengah makan/baru pulang kerja/jam-jam beribadah).
Simpel tapi sangat sulit jika dalam rumah tangga itu jarang melakukan diskusi, heart-to-heart. Karena kesibukan yang luar biasa dan aktivitas harian yang monoton menjadikan hal-hal yang ingin disampaikan sekedar terpendam pada diri masing-masing. Peran suami sebagai pemimpin dalam keluarga diperlukan disaat keluarga dilanda “trouble”.
https://pixabay.com/en/people-man-woman-couple-dating-2561578/

Quality time dengan mengajak minum the bersama (kayak iklan itu hehehe) atau makan bersama lalu seusai makan bisa sedikit diselingi obrolan serba-serbi masalah yang sedang terjadi. GAMPANG? tergantung sifat masing-masing orang juga ya buibu… ada yang memang sudah begitu, jadi gampang-gampang saja. Ada juga yang kayaknya sulit diajak bicara. hehe… last option ya kita coba untuk memperbanyak berdoa dan terus berpositive thinking supaya bisa membawa aura yang positif juga bagi yang lain. (aihhhhhhh……)


Minggu, 22 April 2018

WEANING WITH LOVE

April 22, 2018 0 Comments
Manusia terlahir untuk berjuang. Dari membuka mata, bayi pun sudah berjuang untuk membuka mata, menyesuaikan diri dari tempat tidurnya yang full "ketenangan" selama 9 bulan lebih, lalu tiba-tiba dia berada ditempat yang asing riuh, aneh dan mungkin menakutkan. Lalu berjuang mendapatkan apa yang dapat membuat dia "kenyang". Dulu dia tidak susah payah makan, semua langsung terisi di badan, sekarang dia harus berjuang sendiri, paling tidak dengan "menyedot".  amazing, bayi baru melek,  sudah bisa menggunakan lidah rahang mulutnya untuk "menyedot" ASI ibu.
nemplok.... kalo lagi "ngasi" kan enak, gini aja udah tidur, gak harus muter sekampung gendongnya 😅
6 bulan pertama hanya disuplai "air" (entah air susu ibu/formula). Dan kenyang. Baru bisa berkedip2, menangis, mentok menjulurkan lidah. hihihi. Milestone satu persatu bertambah tiap minggu hingga bulan. Lalu ada fase 24 bulan. Harus mau tidak mau, suka tidak suka, menyudahi yang namanya ng-ASI.
Ada pernyataan simpel "biarin aja lah, sebosennya anak"
WHAT... kayaknya kalau diturutin, kita sayang anak. But, i think not really. Dengan melewati fase "lepas" dari ASI, anak akan belajar "aturan". Memulai untuk melangkah mandiri selanjutnya. Bukan berarti tidak bergantung ibu, tapi proses belajar hal yang baru lagi. Yang pasti tidak mudah bagi anak itu sendiri, dan ibu. Bagaimana tidak, selama 24 bulan, it mean 24x24jam anak dengan "yes" nya dikit-dikit nemplok ibu untuk meredakan haus, menenangkan emosionalnya saat merasa sedih/sakit atau manja. Dan dibulan ke 25, anak akan menyelesaikan hal hal itu dengan caranya sendiri. Dari sudut pandang Ibu? sama saja, selama ini mendapat momen yang mungkin buat beberapa orang dinilai "hanya", namun bagi sebagian Ibu, momen 2 tahun adalah benar-benar golden momen. Butuh kesiapan secara mental dan fisik.

  • Mental : Persiapan batin untuk menyesuaikan diri bahwa "mulai besok" tidak perlu memberi ASI, tapi tenang aja masih boleh kok gendong2, meluk2 .. wkwkwk
  • Fisik : dalam fase "menyapih", tentu akan banyak perubahan aktivitas. Yang biasanya bisa sekejap terselesaikan dengan meng-ASI. Maka akan mungkin, ada drama atau bila "beruntung" bisa langsung 'stop'. Siap untuk menenangkan tidur malamnya, siap untuk berdamai saat "momen ngamuk/capek/bete dll".
Tapi percayalah, dikehendaki hanya dua tahun saja karena memang seperti yang seharusnya (eh... malah jadi mamas Noah). Bukan sekedar penelitian ilmiah bahwa kandungan ASI ibu lewat 2 tahun bla... bla... (mungkin ada) tapi kembali ke fitrah saja bahwa Sang Pencipta yang Maha segalanya pun sudah memberitahu dalam firmannya :


than...
tulisan diatas nemu di draf kayaknya ditulis saat-saat menjelang drama menyapih Oktober lalu. Dramanya udah kayak sinetron teraniaya. 😅😅 Poin penting adalah jangan baper denger ibu-ibu yang nambah2i bawang "anak gue dulu gak gitu, untungnya cuma tiba-tiba gak mau", atau "anak gue cuma dikasih ini langsung gak mau, besoknya gak minta lagi". Ya kali semua anak sama. hahaha....

oke ... sudahlah... 😆 toh momen "menyapih" sudah lewat, tadinya mau ditulis rinci day 1 day 2 ...halah... mana sempat, bisa tidur 2 jam di malam hari saja sudah puji syukur...😊


Selasa, 20 Juni 2017

LIFE IS TOO SHORT BEING STUPID

Juni 20, 2017 0 Comments
Judulnya saya kutip dari status temen whatsapp saya. Sekilas ketika baca, saya nyengir. Bener. Hidup terlalu singkat untuk menjadi seorang yang bodoh. Entah itu arti yang benar atau tidak tapi saya menerjemahkan begitu. Namun fakta yang ada? akhir-akhir ini saya malah menjadi bodoh. Bahkan saya tau dan sadar kalau melakukan kebodohan. Makanya status temen saya itu jadi terngiang-ngiang (gue banget L.O.L)

Sebenernya saya suka nulis, pengin, tapi gak kesampaian (bukan gak kesampaian, tapi tidak direalisasikan) karna saya malas. hahaha.. tidak sesuai dengan jiwa para blogger. Ya gimana, kadang kalau saya baca tulisan-tulisan orang, saya mikir, " ni orang nulisnya kapan..". saya bukan orang sibuk tapi waktu 24 jam saya rasanya sangat cepet dan fulltime untuk kegiatan harian. 

Kalo liat isi materi para blogger juga kadang saya minder. Karna bingung, saya tidak punya pengalaman apa-apa dan kemana-kemana. Lalu apa yang harus saya tulis?? 

Isi postingan saya ini saja tidak bermanfaat, tidak berbobot. Kenapa? karena saya mencoba menggunakan waktu 15 menit saya sebelum saya makan siang untuk mencoba menulis. hahahaha....

baiklah... akan kusambung kapan-kapan lagi...